Sedang memuat...

Dampak Sertifikasi Halal pada Pertumbuhan Ekonomi

17 Maret 2025
19x dibaca
blog feature image

Sertifikasi halal memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan adanya sertifikasi halal, produk-produk lokal mendapat kepercayaan lebih dari konsumen, baik domestik maupun internasional, sehingga meningkatkan daya saing dan penjualan. Hal ini berkontribusi pada pendapatan produsen dan mendorong ekspansi usaha.

Sebagai contoh, Indonesia saat ini merupakan salah satu konsumen produk halal terbesar di dunia, menyumbang sekitar 11,34% dari pengeluaran halal global​. Tren ini sejalan dengan meningkatnya populasi dan daya beli Muslim global, di mana pada tahun 2022 belanja konsumen Muslim dunia di sektor ekonomi syariah mencapai USD 2,29 triliun (tidak termasuk keuangan syariah) dan diproyeksikan naik menjadi USD 2,8 triliun pada 2025​.

Pertumbuhan konsumsi halal global sekitar 9% per tahun menunjukkan pasar halal yang terus membesar, sehingga sertifikasi halal menjadi kunci bagi pelaku usaha Indonesia untuk meraih peluang ini​. Dari sisi ekonomi nasional, industri halal telah menjadi pilar penting. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mencatat bahwa kontribusi sektor halal terhadap PDB Indonesia diperkirakan mencapai 47,27% (sekitar Rp10.600 triliun) pada tahun 2024, dan diproyeksikan naik menjadi 48,34% (Rp11.700 triliun) pada 2025​.

Sektor makanan dan minuman halal menjadi tulang punggung utama, dengan proyeksi kontribusi 6,5% PDB pada 2025​. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa ekspor produk halal Indonesia periode Januari–Oktober 2024 mencapai USD 41,42 miliar (sekitar Rp674 triliun), dengan surplus neraca perdagangan halal sebesar USD 29,09 miliar pada periode tersebut​. Surplus ini mencerminkan besarnya peran industri halal dalam perdagangan; bahkan 87% surplus perdagangan nasional 2022 disumbang oleh produk halal​.

Ekspor halal Indonesia didominasi oleh makanan olahan (USD 33,61 miliar Jan–Okt 2024) diikuti fesyen muslim (USD 6,83 miliar), farmasi (USD 612 juta), dan kosmetik (USD 363 juta)​. Pasar ekspor utamanya mencakup Amerika Serikat, Tiongkok, India, Pakistan, dan Malaysia​. Angka-angka ini menunjukkan potensi ekonomi halal yang besar, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Sertifikasi halal berperan sebagai enabler utama untuk mengoptimalkan potensi tersebut. Produk yang tersertifikasi halal lebih mudah menembus pasar global, khususnya di negara-negara berpenduduk Muslim, sekaligus menjaga kepercayaan konsumen di dalam negeri (mayoritas Muslim).

Pemerintah Indonesia menyadari hal ini dan telah mencanangkan Indonesia menjadi pusat produsen halal terkemuka dunia. Indikator ekonomi syariah global menempatkan Indonesia di peringkat 3 dunia pada 2023 (naik dari peringkat 4 di 2022) menurut State of Global Islamic Economy Report 2023​.

Namun, dari sisi pangsa perdagangan, Indonesia baru menguasai sekitar 3% dari total perdagangan industri halal dunia​. Artinya masih ada ruang sangat luas untuk pertumbuhan. Dengan sertifikasi halal yang semakin diperluas, Indonesia dapat meningkatkan ekspor dan investasinya di sektor halal. Pemerintah menargetkan 10 juta produk bersertifikat halal dalam beberapa tahun ke depan; per Februari 2024, sekitar 3,9 juta produk telah tersertifikasi halal​.

Peningkatan jumlah sertifikasi ini akan berdampak langsung pada bertambahnya nilai ekonomi – baik melalui perluasan pasar ekspor, substitusi impor dengan produk halal lokal, maupun penyerapan investasi di industri halal. Investasi di sektor halal juga semakin dilirik. Sertifikasi halal yang kredibel menjadikan iklim industri lebih menarik bagi investor, karena menandakan standar kualitas dan kepastian pasar.

Laporan KNEKS menunjukkan upaya pemerintah untuk mendorong investasi dan kerja sama produksi halal internasional melalui promosi dan insentif fiskal/non-fiskal​. Dengan ekosistem halal yang kuat, Indonesia dapat menarik investasi di berbagai bidang seperti pangan halal, fesyen Muslim, kosmetik dan farmasi halal, hingga wisata ramah Muslim. Semua ini pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif.